This is My Ending Page..
Kita
tidak pernah tahu masa depan kita.
Kita
tidak pernah tahu siapa jodoh kita.
Kita
tidak pernah tahu seperti apa kita di masa depan.
Semua berawal dari sebuah hal yang tidak terduga. Dengan
sungguh-sungguh dia mencaci laki-laki itu, mengatainya bahwa laki-laki itu
tidak pantas untuk belajar sastra. Gadis itu terus mencacinya dan meremehkan
laki-laki itu tanpa mengetahui seperti apa laki-laki itu. Akhirnya, mereka pun
harus bekerja dalam satu tim yang solid dan kokoh. Mereka harus bekerja sama satu
sama lain. Gadis itu mengesampingkan rasa kesalnya dengan bekerja secara
profesional. Mereka saling bertukar pikiran dan saling berbincang. Mereka
terlihat sangat asyik dan terlena dalam perkenalan yang berlanjut kerja sama
yang solid. Tanpa terasa gadis itu sudah melupakan apa yang ia pikirkan tentang
laki-laki tersebut. Dia menganggap laki-laki itu hebat dan menyenangkan. Gadis
itu menarik kembali perkataannya. Namun, ada hal lain yang membuat gadis itu
menarik kembali perkataannya, gadis itu menyukainya. Ya, gadis itu menyukai
laki-laki yang selama ini dia olok-olok. Tanpa sadar, entah dari mana perasaan
gadis itu semakin kuat. Dan sepertinya laki-laki tersebut juga menyukainya.
Namun, itu hanya ada dalam mimpi sang gadis saja. Ada hal lain yang membuat
gadis itu tidak bisa meneruskan perasaannya terhadap laki-laki itu. Ya, dia
berkorban demi masa depan laki-laki itu. Masa depan yang sudah dipilih
laki-laki itu untuk selamanya, yang mungkin tidak akan pernah berubah. Gadis
itu hanya berharap bila memang laki-laki itu memang untuknya, Tuhan akan
memberikannya. Gadis itu tidak ingin merubah apapun yang bukan miliknya menjadi
miliknya.
Ketika gadis itu teringat akan takdir yang ada di depan
matanya, ia kembali memegangi dadanya. Sakit. Itulah rasanya. Gadis itu merasa
sangat bersyukur masih bisa memiliki cinta namun, takdirlah yang harus ia
lewati. Ia harus menerima bahwa Tuhan sudah menuliskan cerita untuk hidupnya.
Mengikuti skenario-Nya tanpa pernah protes dan melawan. Ada saatnya dimana
gadis itu berdoa menginginkan semuanya untuk bisa berubah sesuai dengan
keinginannya. Tapi itu tidak mungkin. Semuanya sudah tertulis. Gadis itu pun
memutuskan untuk tidak ikut campur dalam kehidupan laki-laki itu.
Satu hal yang gadis itu tahu, gadis itu menyayangi laki-laki
itu dengan tulus tanpa embel-embel apapun. Dan setelah sekian lama gadis itu
menutup pintu hatinya untuk orang lain, akhirnya gadis itu membuka hati kepada
laki-laki yang bukan takdirnya dan mungkin tidak akan pernah menjadi takdirnya.
Gadis itu hanya ingin bukunya berakhir dengan bahagia.
This is my ending page, no one write on this page. And my
ending page become blank page. Without word on it or color on it. It’s just
white everywhere.
Comments
Post a Comment